Beternak Murai Batu
Versi Saya
Jika kita amati, belakangan ini semakin banyak orang mencoba
untuk menangkarkan murai batu, ada sebagian orang yang berhasil namun sebagian
lagi gagal, dari beberapa pengalaman dari rekan yg sudah jauh lebih
berpengalaman beternak murai batu serta beberapa literature yang saya baca,
kunci keberhasilannya adalah pemahaman dalam seluk beluk penangkaran murai batu
dan yang tak kalah penting adalah ketekunan & kesabaran. di bawah ini saya
mencoba berbagi tentang cara menangkarkan murai batu yang tentunya berdasarkan
pengalaman saya sendiri (versi saya).
ada beberapa tahapan dalam penangkaran murai batu, berikut
langkah langkahnya :
TAHAP I (PERSIAPAN)
Indukan
Pemilihan indukan
sangatlah mutlak dalam beternak murai batu agar usaha penangkaran tidak sia
sia,
Pejantan, harus berusia minimal 1,5 tahun dan Betina minimal 9 bulan
Pejantan, harus berusia minimal 1,5 tahun dan Betina minimal 9 bulan
Pejantan yg dipilih hendaknya memiliki katuranggan yang baik
dengan harapan menghasilkan keturunan yang baik pula, untuk betina akan lebih
baik jika dipilih yg sudah birahi, terlihat dari perilakunya rajin berkicau
memanggil pejantan.
Cirinya :
Pejantan
1. Kepala, leher hingga punggung berwarna hitam pekat bahkan kebiruan jika terkena sinar, warna coklat yg tegas di bulu dada
2. Variasi suara relatif banyak dan keras
BIMA MURAINO
Betina :
1. Kepala, leher hingga punggung berwarna hitam keabu abuan (pudar), warna coklat pudar, semu putih warna bulu dada
2. Variasi suara sedikit dan kurang keras
Kandang Penangkaran
kandang penangkaran yang saya pergunakan berukuran
minimalis, hanya berukuran P x L x T = 150cm x 55cm x 100cm dengan dibuat sekat
ditengahnya. Kandang ini berfungsi sebagai kandang penjodohan sekaligus kandang
ternak (proses perkawinan, bertelur & penetasan) saya menyebutnya KANDANG
MULTI FUNGSI
Tampak Muka
Tampak samping
pada gambar terlihat adanya
a. 2 pintu besar di
bagian depan yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk tempat makan, tempat
mandi, dan tempat pasir, ukuran pintu ini 30cm x 20cm
b. 2 pintu kecil
dibagian depan, pojok kiri atas & pojok kanan atas yg berfungsi untuk
mengontrol sarang bertelur, tergantung kita apakah menggunakan 1 sarang atau 2
sarang
c. pintu kecil
dibagian kanan & kiri kandang yang berfungsi sebagai jalan keluar/masuk
burung.
Sarang Bertelur/Glodok/Gowok
sarang bertelur /glodok berukuran 20cm x 15cm x 10cm namun
ukuran ini tidaklah baku dapat dibuat dalam berbagai ukuran yang disesuaikan
dengan kandang dan selera. Bahan sarang dapat digunakan daun cemara/pinus,
sabut kelapa atau serat nanas. untuk baian dalam glodok dapat pula ditambahkan
kotak besek/tempat kroto
TAHAP II (PENJODOHAN)
Beberapa cara penjodohan:
1. Menggunakan kandang harian dengan cara kandang pejantan
dan kandang betina diletakkan berhimpitan , akan lebih baik jika satu pejantan
di dekatkan dengan lebih dari satu betina agar pejantan dapat dengan leluasa
memilih pasangannya
2.menggunakan kandang ternak sebagai kandang multi fungsi
dengan cara disekat diantara pejantan & betina, jika sudah terlihat
berjodoh sekat tersebut dilepaskan (Saya menggunakan metode ini)
Ciri sudah berjodoh dapat kita amati pada malam hari jika
keduanya idukan saling berdekatan dan terlihat rukun tanpa saling menyerang yang menyebabkan salah satu luka bahkan mati) maka sudah dapat dikatakan keduannya sudah
jodoh.
Jika sudah jodoh maka keduanya dapat disatukan dalam kandang
ternak atau dilepas sekat penghalang(jika penjodohan didalam kandang multi fungsi)
TAHAP III (PAKAN INDUKAN)
Untuk memicu birahi indukan, saya biasanya menggunakan
jangkrik, Cacing Tanah dan sedikit kroto & Ulat Hongkong
selama proses produksi semua indukan saya berikan pakan
segar tanpa diberikan pakan buatan (voer) dengan tujuan agar indukan dalam
proses produksi tetap terlihat sehat & aktif. berikan jangrik dalam jumlah cukup banyak, UH 50 ekor, 1-2 sendok kroto setiap pagi
TAHAP IV (PRODUKSI)
Setelah pasangan indukan terlihat berjodoh, maka beberapa hari kemudian akan terlihat betina akan sibuk membawa daun cemara atau yang lainnya masuk kesarang dan menata sarang tersebut unuk bertelur.
1.Telur
Jika sarang telah selesai dibuat maka sang betina akan segera bertelur, rata telur Murai 3-4 telur, bergantung dari produktivitas betina karena hingga saatini belum ada rumusan tentang cara mendongkrak jumlah telur untuk sekali proses produksi (bergantung pada Indukan betina)
Telur akan dierami indukan selama 14 hari, jika terlihat betina sudah masuk ke glodok untuk mengerami telur, biasanya pejantan akan saya tarik/keluarkan sehingga hanya betina yang tertinggal untuk mengurus telur hingga anakan murai.
3.Piyik
Setelah selama 14 hari telur dierami maka telur akan menetas dan piyik piyik murai akan keluar dari cangkang telur, tugas indukan betina untuk meloloh anakanpun dimulai
4.Trotol
Biasanya setelah selama kurun waktu 10 hari berada didalam sarang, maka piying tersebut akan keluar dari sarang (muar) untuk belajar terbang.
Masa rawan anakan murai terjadi sejak piyik menetas hingga berusia kurang lebih 20 hari, karena pada usia 20 hari anakan sudah belajar makan sendiri.